Jumat, 13 Agustus 2010

Cara Berpikir Otak Kanan dan Otak Kiri serta Pengaruh Musik dalam Pembelajaran

Otak merupakan aset terbesar yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan ternyata kapasitas otak yang dipergunakan oleh manusia hanya maksimal 10%. Banyak penelitian dilakukan selama beberapa dasawarsa terakhir tentang apa yang disebut teori dominansi otak. Temuan-temuan tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa masing-masing belahan otak-kiri dan kanan-cenderung berspesialisasi dan melakukan fungsi-fungsi yang berbeda, mengelola jenis-jenis informasi yang berbeda, mengatasi jenis masalah yang berbeda (Egle’s Spirit.htm ). Berikut ini adalah masing-maing belahan otak kiri dan kanan:
Table 2. Belahan Otak Kanan dan Otak Kiri
Belahan otak kiri
Belahan otak kanan
·         Pada hakikatnya, belahan kiri melakukan bagian yang lebih logis/verbal.
·         Berkaitan dengan kata-kata
·         Pembagian hal-hal yang spesifik
·         Analisa, yang berarti menguraikan
·         Cara berpikir runtut (prosedural)
·         Terikat oleh waktu
·         Intuititif dan Kreatif
·         Berkaitan dengan gambar-gambar
·         Hal-hal yang bersifat keseluruhan dan hubungan antar bagian
·         Sintesa, yang berarti menyatukan
·         Bebas Waktu
·         Imajinasi
·         Suara Hati
(Sumber: Eagle’s Spirit.htm)
Hasil penelitian profesor Roger Sperry dari Universitas California, menunjukkan bahwa masing-masing belahan otak bertanggung jawab terhadap proses berfikir, dan mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara kedua belahan tersebut.
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, menempatkan detail dan fakta. Sedangkan cara berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif. Cara-cara berpikirnya bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi.  (DePorter dan Hernacki, 1999: 36)
Walaupun orang menggunakan kedua belahan otaknya, salah satu sisi pada umumnya cenderung mendominasi tiap individu. Tentu saja idealnya adalah mengolah dan mengembangkan kemampuan sedemikian rupa agar mempunyai perlintasan yang baik antara kedua belahan otak tersebut sehingga orang dapat merasakan terlebih dahulu apa yang diperlukan oleh situasi dan kemudian menggunakan alat yang tepat untuk menanganinya. Akan tetapi orang cenderung untuk tetap tinggal dalam "comfort zone" dari belahan dominan mereka dan memproses tiap situasi menurut preferensi otak kanan atau kirinya.
Jika kita bekerja dan belajar hanya menggunakan otak kiri dengan cara berpikirnya, orang-orang seperti itu cenderung stress dan mengalami ketidakseimbangan dalam berpikir. Untuk memperoleh keseimbangan tersebut, seseorang yang cenderung memakai otak kiri sebagai cara berpikirnya, perlu dimasukkan musik, karena musik dapat memberikan umpan balik positif yang menimbulkan emosi positif sehingga mendorong kekuatan otak mengarah ke tempat keberhasilan.
Penelitian menyampaikan kepada kita bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak itu kurang dari yang dibutuhkan untuk “merekatkan” pelajaran dalam ingatan. Contohnya ketika mendengar lirik, otak kiri akan mengolah kata-katanya, sedangkan otak kanan akan memproses melodinya. Selain  itu, sistem emosional atau limbik otak kita juga terlibat dalam proses ini. Dengan kata lain, seluruh bagian otak dilibatkan secara aktif (DePorter dan Hernacki, 1999: 38).

DePorter (2002: 73) menyatakan bahwa:
Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai seorang guru, kita dapat menggunakan musik untuk mengatur suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu kebanyakan siswa memang mencintai musik (DePorter, 2002: 73).

Selama melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah, denyut jantung, dan gelombang-gelombang otak akan cenderung meningkat sedangkan otot-otot kita menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung, tekanan darah menurun dan otot-otot mengendur. Biasanya akan sulit berkonsentrasi ketika kita benar-benar rileks dan sulit untuk rileks ketika benar-benar konsentrasi penuh (DePorter, 2000: 72 ).
Dr. Georgi Lozanov mencari cara untuk mengkombinasikan pekerjaan mental yang menekan dengan fisiologi rileks agar melahirkan pelajar-pelajar yang istimewa. Setelah percobaan intensif dengan para siswa, ia mendapatkan bahwa musik adalah kuncinya.
Irama, ketukan, dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung. Di samping membangkitkan perasaan dan igatan musik dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal (DePorter, 2002: 73) dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi. Schuster dan Gritton, 1986 menyatakan bahwa:

Musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Penelitian menunjukkan bahwa belajar lebih mudah dan cepat jika pelajar berada dalam kondisi santai dan reseptif. Detak jantung orang dalam keadaan ini adalah 60 sampai 80 kali per menit. Kebanyakan musik barok sesuai dalam kondisi belajar yang optimal (DePorter, 2002: 73).

Dari pernyataan Schuster dan Gritton tersebut dapat diketahui bahwa musik barok yang ritmis dan lembut berpengaruh besar pada kemampuan kita menyerap informasi, dan tidak semua musik dapat mempengaruhi proses belajar secara efektif. Kemampuan detak jantung untuk mengalirkan oksigen dalam darah yang kemudian mengalir dalam otak, juga perlu diperhatikan supaya otak tetap dalam keadaan rileks dan berfungsi dengan baik. Detak jantung orang dalam keadaan menerima informasi dengan baik ketika detak jantungnya 60 atau 80 kali berdetak per menit. Kebanyakan musik barok sesuai dengan detak jantung manusia yang santai dalam keadaan belajar optimal.
 Penelitian mendukung penggunaan musik barok (Bach, Corelli, Tartini, Vivaldi, Handel, Pachelbel, Mozart) dan musik klasik (Satie, Rachmaninoff dan Beethoven) dapat merangsang dan mempertahankan lingkungan belajar optimal. Struktur kord melodis dan instrumentasi barok membantu tubuh mencapai keadaan waspada tetapi relaks (DePorter 2002: 74).
Beberapa pilihan musik untuk suasana berbeda dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1.    Waktu siswa mempelajari, membaca, belajar, atau presentasi musik barok dan klasik menjadi pilihan yang efektif (musik instrumental tanpa lirik). Pada saat berdiskusi, mainkan musik sekeras suara mereka. Tanpa musik siswa sering merasa ragu, menunggu siapa yang akan berbicara terlebih dahulu, dan tidak ingin jadi yang pertama untuk memecah keheningan. Musik menmbebaskan mereka berbicara, untuk jalan terus tanpa menarik perhatian terhadap diri mereka.
2.      Waktu jeda dapat digunakan musik Soundtrack film tertentu yang disukai dan dikenal siswa (musik berlirik, lirik yang positif tentunya).
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bagi para pengguna otak kiri dalam belajar dan bekerja, musik merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mendampingi otak kiri agar seimbang dengan otak kanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar